Rp 120,000.00
Judul | Trowulan |
Penerbit | Penulis Muda Publisher Surabaya
www.penainspirasi.pun.bz |
Dimensi | 13cm x 19cm, 494 halaman, ISBN: 978–602-727–375–7 |
Penulis & Artis | Indrawati Basuki |
Bahasa | Indonesia |
Harga | Rp 120.000 (termasuk ongkos kirim)
Pemesanan buku via sms ke 085940804299 atau via akun FB Alif Rofik Annaba dengan format pesan Trowulan _ NamaLengkap _ AlamatLengkap beserta kodepos _ JumlahBuku _ No.hp. |
Sinopsis | Lihat kutipan di bawah |
Kutipan Novel "Trowulan"
Surabaya Barat
Part 1
Kisah cinta pada awalnya memang selalu indah. Semenjak perkawinannya dengan Ni Darni kandas di tengah jalan, Pamugaran selalu punya keinginan untuk kembali mengawalinya. Dia telah bertemu dengan seseorang. Dan dia merasakan ada tanda-tanda saling tertarik. Apabila mata sudah saling bertemu dan tubuh sudah saling bergetar, dia yakin, sesuatu bakal terjadi.
Sungguh, Pamugaran menyukai perasaan itu. Sama seperti sebelum-sebelumnya bila dia bertemu dengan wanita cantik yang akan dia jadikan insprirasi bagi lukisannya. Yang akan melambungkan namanya di dunia seni lukis. Obsesinya adalah menyamai Basuki Abdullah.
Dengan cara apapun, Pamugaran akan menjalaninya dengan amat sadar, asalkan impiannya tercapai. Menjadi pelukis istana, bahkan istana raja-raja di manca Negara.
Rayun Wulan mengulas senyum di bibir. Mata hitam Pamugaran yang setenang telaga membalas tatapan penuh gairah yang dirasakan Pamugaran lewat mata Rayun. Rayunpun melihat gelombang asmara saling berkejaran di dalam bola mata Pamugaran. Datang menghampiri, deras berpacu, dan siap membawanya hanyut. Tiba-tiba Rayun Wulan menyadari bahwa wajah di depannya mendadak kabur, makin kabur, makin dekat ke wajahnya.
Ah.
Rayun ingin meronta.
Namun terlambat.
Dekapan Menara Eiffel yang sekokoh jepitan kaki gajah itu tak lagi mampu diurai. Suaranya hilang. Tenaganya terbuang.
Ah, sudahlah, pikir Rayun. Tak jadi apa. Siapa ambil peduli? Dia kemudian membiarkan bibirnya lumat dalam bibir Pamugaran. Namun rasanya semua itu bagai mimpi bagi Rayun, sebab di dalamnya tak dia lihat siapa yang tengah memagutnya, namun pria lain. Pria dengan mata Rajawali seakan membawanya melayang ke awan bersama sentuhan bibir yang mengulum.
Tak seorangpun kuasa melepas renggut. Membelit. Mencekung. Memelintir lidah-lidah membara. Udara sesak oleh tuba. Aryo mendesis menahan gejolak jiwa yang menuntut getas. Hatinya terus meronta, ini tidak boleh, ini tidak boleh! Hentikan, selesaikan sampai disini. Jangan diteruskan.
Setan mengintip.
Menjeling genit.
Bertepuk.
Aryo berteriak, aaaahhh!
Sumirah duduk di tepi ranjang, basah oleh keringat. Aryo membuang wajah ke samping, mengusir sisa jahanam yang dirasakannya begitu berpasir. Segala menebal, segala mengental, segala tak dikenal. Dari jauh mengabur suara orang ngomong ditingkah suara anjing menggonggong...... Dst.